Belakangan ini gue semakin rajin nonton film ataupun series di Netflix sesederhana karena ngga mau rugi bayar IDR 169,000 sebulan. Hahaha... Gue akhirnya malah jadi keseringan nonton film-film romantic comedy gitu, pokoknya yang ringan-ringan dan predictable lah intinya. Mungkin juga karena di tengah-tengah pandemi yang ngga jelas kapan usainya ini - seperti kata Blair Waldorf di Gossip Girl, nonton film yang predictable atau yang kita udah tahu ending-nya jauh lebih menenangkan. 

Dan karena natal sebentar lagi, makin banyak deh tuh holiday movies di Netflix. Gue seneng banget nontoninnya, karena prompt-nya juga super menarik. Yes, they're predictable, but they still make you smitten anyway. 

Film ini seru banget sebagai pembuka the upcoming christmas holidays. Sloane (Emma Roberts) yang berusia hampir 30 tahun selalu dikomentarin sama keluarganya tiap kumpul, "Kok ga bawa pacar?" "Cari pacar dong!" dst dll dsb (Kalian kira-kira kebayang lah ya) sampai-sampai dia eneg sendiri. Meanwhile, Jackson (Luke Bracey) baru saja mengalami liburan natal yang ga asik banget sama gebetannya, dan menurut dia, cewek-cewek itu selalu "ngarep" sama dia padahal dia sih pengen ya seru-seruan aja sama gebetan-gebetannya. Long story short, mereka sepakat untuk menjadi Holidate alias Holiday Date - jadi plus one satu sama lain di setiap liburan. Niat awalnya sih buat tahun baru yaa... Ngga tahunya mereka jadi Holidate mulai dari Valentine's Day, St. Patrick's Day, Easter, 4th of July, Labor Day, Halloween, sampai Thanksgiving.

Inilah yang dinamakan witing tresno jalaran soko kulino, teman-teman. Awalnya niat lucu-lucuan aja, lama-lama, lah kok baper? 

Kelanjutannya silakan nonton sendiri, ya. Tapi ya ketebak lah sebenernya hahaha~ Buat kalian yang mungkin bosen sama film liburan berlatar New York, film ini latarnya di Chicago - jadi boleh lah buat suasana baru. Gue suka banget chemistry Emma Roberts dan Luke Bracey di sini, menurut gue dapet banget. Gue juga seneng karena film ini ada Jessica Capshaw alias Dr. Arizona Robbins di Grey's Anatomy!!! Sungguh rindu gue sama dia, karena dia sekarang udah ngga main di Grey's lagi.

Nah kalau film yang ini mengisahkan Erica (Kat Graham) yang terpaksa menghabiskan libur natalnya di pulau antah berantah markas tentara AS gara-gara disuruh bosnya yang merupakan congresswoman di Capitol Hill untuk mencari cara untuk menutup markas yang satu ini. Selanjutnya, Erica bertemu dengan Captain Andrew (Alexander Ludwig) yang berusaha menjelaskan ke Erica bahwa the so-called Operation Christmas Drop ini niatannya baik dan sama sekali nggak pake uang rakyat, kok. Adegan romantisnya dikit sih di film ini, tapi gue senengnya karena banyak anak-anak dan pesan moralnya bahwa holidays are about sharing and spending time with your closest ones.

Fyi, the Operation Christmas Drop does actually exist in real life, guys! 

Kalau dua film sebelumnya dapat beragam review (ada yang suka, ada yang nggak), I personally think that all of us would love this one. Ini sebenarnya series, ada 8 episode tapi 1 episodenya hanya sekitar 20 menitan. Gue nonton semaleman langsung kelar =))) *shameless* Belakangan ini gue sebenernya agak males nonton film tentang anak remaja (secara umur gue udah far from teenager ya bok), tapi caption serial ini di Netflix bikin penasaran dan akhirnya ya gue tonton aja deh.

Kisahnya berlatar di New York City, kota yang sungguh sangat festive sekali kalau lagi menjelang natal (I can confirm! Will talk about this later, though). Lily (Midori Francis) senang banget kalau natal, sementara Dash (Austin Abrams) bener-bener males sama yang namanya natal. Hubungan antara mereka dimulai ketika Dash menemukan notebook berjudul "Do You Dare...?" yang ditempatkan Lily di toko buku legendaris Strand. Selanjutnya mereka tuker-tukeran buku itu tanpa bertemu langsung, mereka hanya meninggalkan clue, tantangan, dan beberapa kisah di buku itu.

Duh, gue gemes banget sama prompt ceritanya bahkan dari sebelum nonton. Pas nonton, penasaran dan geregetan sendiri makanya tuh 8 episode langsung gue libas! Hahaha... To be honest, Midori Francis is a little bit older for a teenager - tapi jiwa suka buku dan awkward-nya dapet banget. Austin Abrams juga mimik penasaran tentang sosok Lily-nya dapet bangettt aku suka pokoknya! 

Pacific Place mendadak Ghibli! Gue pun juga sebenarnya mendadak Ghibli pas #NontonGhibli Spirited Away untuk pertama kalinya. Turns out, adek-adek gue dulu udah pernah nonton di SpaceToon :O

Okay then. Di samping film-film Studio Ghibli yang ditayangkan di bioskop kesayangan kita semua beberapa bulan terakhir ini: Spirited Away, My Neighbor Totoro, Ponyo, dan Princess Mononoke, ternyata ada juga event yang bernama Exhibition World of Ghibli! TKPnya di Ballroom Ritz-Carlton Pacific Place.

Harga tiket masuk untuk weekend adalah sebesar IDR 350,000. Jangan sedih dulu, karena ada promo spesial diskon sebesar IDR 50,000 untuk pemegang kartu pelajar dan 25% untuk pemegang kartu kredit Bank Mega. 'Mayan lah ya? 

Masuk ruangan pertama dari eksibisi ini, kita diperkenalkan dengan sosok dibalik Studio Ghibli: Hayao Miyazaki, Toshio Suzuki, dan Isao Takahata. Foto mereka ada segede tembok, and they all are looked happy. Emang gitu kali ya kalau kerja di dunia animasi? Bawaannya muda teruuus hehehe... Di samping itu juga kita diceritakan mengenai pembentukan Studio Ghibli berikut kisah box office dari masing-masing film terbitannya (termasuk bagaimana Spirited Away memperoleh Piala Academy Awards alias Piala Oscar).

Di ruangan-ruangan berikutnya, kita bisa melihat: 

1. poster-poster film Studio Ghibli

2. sinopsis dan beberapa storyboard dari film-film Ghibli in chronological order (penting!)

3. trailer dari seluruh film Ghibli.

Sayangnya di ruangan-ruangan tersebut kita nggak diizinkan untuk mengambil gambar. Gak masalah, karena di ruang eksibisi berikutnya.... BOLEH FOTO-FOTO SAMPAI PUAS. Makasih panitia penyelenggara yang sudah sukses membujuk Studio Ghibli perihal izin foto ini!

Neko Bus ini antreannya kedua terparah setelah antrean Totoro. Seneng bangeeet sama wujudnya, fluffy! Salut deh ama panitia penyelenggara dan Studio Ghibli atas penyelenggaraan event ini, karena semua display-nya keren abis.

Foto di atas adalah salah satu sudut ruang kerja Bapaknya si Satsuki dan Mei di film My Neighbor Totoro. Diatur langsung oleh tim Studio Ghibli dari Jepang dan dibuat serupa dengan aslinya di film. 120 kardus dikabarkan dibawa khusus untuk mengisi rumah keluarga Kusakabe ini. Foto-foto di pintu samping rumahnya juga oke banget loh (maaf gak semuanya bakal gue tayangkan biar kalian datang langsung bahaha~). Ada gokil? Ada banget!

Display lainnya yang gak kalah keren: Howl's Moving Castle dan hutannya Princess Mononoke.... Luar biasa detailnya. Dateng langsung aja buat liat wujudnya, ya.

And here we go to my most favorite display here.... KIKI'S DELIVERY SERVICE! Gue belum pernah nonton filmnya (I surely will, though), tapi pas liat toko kue tempat Kiki kerja... uwuwuw kusuka banget. Roti yang di-display adalah roti beneran yang diawetkan.

Jadi kisahnya Kiki's Delivery Service ini adalah... Kiki adalah penyihir yang sudah beranjak dewasa. Di dunianya, penyihir yang sudah dewasa harus pergi untuk melatih kekuatan sihirnya. Kiki kerja di sebuah toko roti dan dia membuka jasa pengantaran roti ke alamat para pemesannya. Iya, dia anter rotinya pake sapu terbang.

Gile gak, kecil-kecil udah jadi kang Go-Send? =)))

Ya kurang lebih begitulah si Kiki mengantarkan rotinya. 

Gimana, menarik banget kan Exhibition World of Ghibli ini? Yuk capcus ke Pacific Place Jakarta, karena event ini hanya berlangsung sampai dengan tanggal 17 SEPTEMBER 2017 ini aja! Habis itu nggak ada lagi, karena barang-barangnya juga mau langsung dikirim ke Jepang. 

You surely don't want to miss the opportunity to feel like it's you in their movies.

Setelah siang hari noraque banget foto-foto pake kostum kerajaan Cina di Klenteng Sam Poo Kong yang berujung keringetan parah... Gue dan mbak RK ditinggal rombongan (atau meninggalkan rombongan ya?) untuk satu malam extend di Semarang. Kami ditinggal di Lawang Sewu pada suatu siang menjelang sore, posisinya sih nggak jauh dari hotel ya, kurang lebih 10-15 menit gitu jalan kaki. Namun gara-gara udah keringetan banget, kami stop di suatu mall antara Lawang Sewu dan hotel buat ngadem plus nyicip ShareTea (yaampon di Jakarta juga ada, kali). 

Balik hotel, bebersih bentar, ngobrol-ngobrol hore, kemudian kami ke Katedral Semarang untuk misa sore. Kelar misa, kami pesen Go-Car (yup, Go-Jek udah masuk Semarang, cuy) untuk menuju ke salah satu tempat maha gawl di Semarang yang bernama THE TAVERN. Gue tau tempat ini dari Google, dengan testimonial orang-orang yang kurang lebihnya seperti ini:  

Gimana gue gak penasaran? Hahaha.

Kami pun menuju Jalan Rinjani Nomor 1 dan diturunkan bapak Go-Car di suatu carwash dengan sebuah petunjuk: "Masuk belok kanan, ntar ketemu lift." Benar sekali.... Kafe ini lokasinya ada di atas carwash, jadi dia baru buka setelah carwash-nya tutup. Kayak gimana sih penampakannya?

Baca-baca menu, wah menarik semua ini... Akhirnya kami pesan: The Tavern Chicken Salad (IDR 30,000), Carnivore Pizza (IDR 55,000), German Beef Bratwurst (IDR 50,000), dan Fish and Chips (IDR 37,500). 

APA? Fish and Chips cuma 37 ribu? Sama, gua juga kaget. Kami akhirnya berasumsi paling porsinya bakal kecil aja, karena di menunya, Fish and Chips masuk ke kategori Appetizer. Jadi kami santai dong, pesan agak banyakan.

Udah gitu rasanya enak banget pulaaaaaa! Pokoknya kalau kalian mampir ke sini, harus banget pesan Fish and Chips-nya. Ikannya gak berasa tepung, kentang gorengnya ciamik, saus tartar pelengkap yang sempurna. Saladnya oke, cocok buat yang doyan salad pake saus kacang (tapi bukan gado-gado). Pizzanya tipis dan pinggirnya kering nan crunchy.

Nah ketika makanan-makanan di atas dianter, kami baru ngeh kalau si sosis belum diantar (ternyata lupa pesan). Ya, terus kami pesan aja dong ya karena penasaran sosisnya kayak gimana.

Kemudian tibalah saat sosisnya diantar. Barulah kami menyadari...

Kami dari awal sudah bertekad untuk nggak ngebungkus makanan karena subuh-subuh udah harus jalan lagi ke kota lain. Alhasil kami makan kayak Kotak, pelan-pelan saja; meski akhirnya terpaksa menyisakan beberapa buah kentang goreng.

Total yang dihabiskan termasuk minuman dan pajak? IDR 250,000 aja. Sebenernya murah banget, tapi karena kami makannya hanya berdua plus ini lagi di Semarang bukan Jakarta... Ini sih namanya kalap! Hahaha.

I am looking forward to visit it again when I visit Semarang!

Catatan: The Tavern ini juga jualan cocktail dan minuman beralkohol lainnya dengan harga yang terjangkau. Ada juga steak dan ribs. Bolehlah kapan-kapan kalau kalian ke sini nyobain ya, terus kabarin gue! :P

The Tavern

Jalan Rinjani No. 1, Semarang 50232

+6224 850 3099

As I had mentioned before in this post, finally my sister and I watched the Indonesia Open Super Series Premier 2017 (IOSSP), the most prestigious (and the most noisy) tournament in this entire world! Glad to  be part of the crowd again; last time I watched IOSSP was in 2015. This year, the event is held at Jakarta Convention Center due to Istora Senayan's renovation. It is not far from the legendary Istora Senayan, though, still in Gelora Bung Karno area. 

What I like the most from this new venue is.... It is fully air conditioned! From the entrance of the Plenary Hall's Lobby, it is cool already! There are booths from sponsors and food. We even got ourselves a t-shirt of this event for 60K Rupiahs only ($6) at BCA's booth. The color is nice, I'll post it later~ The food and beverages booths were great, we are offered many choices. They also provided some places to eat as well, so kudos to the committee for those!

Second, I also like that the seats are not benches as Istora's, they are real chairs but too bad the gap were too tight. I am short so it is not really matter, though. 

I also like that.... The lobby entrance is only one so the athletes and officials basically walk around the venue. It is very easy to spot them and ask them for autograph/ selfies. I had one with the Women Double's Rio 2016 Olympics Gold Medalist (also IOSSP 2016 WD Champion), Ayaka Takahashi <3

I actually wished to take photos with Ratchanok Intanon and Lee Chong Wei! Apparently they both did not make it to the quarterfinals. What a surprise, eh? Yeah, most of the top seeds lost before quarterfinals! Meh, does Jakarta Convention Center really haunt the athletes? Let's name them.... Marcus Gideon/Kevin Sukamuljo from Indonesia, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi from Japan, and Carolina Marin from Spain. In the quarterfinals, I watched Tai Tzu Ying (6-months unbeaten record since November 2016) and Chen Long (Rio 2016 Olympics Gold Medalist) surrendered as well. Cheers to the underdogs, anyway :D

I do acknowledged that the wind in Jakarta Convention Center is quite different. When the shuttle cock was raised too high, the wind pushed it in some ways so maybe the athletes could not predict where it's gonna land. Also, the crowd were so meh! =___= I do not know why, the Indonesia cheers were not that thrilling and intimidating. Hopefully next year Istora is ready to hold this event!

So who wins the heart of this year's supporters? It is the Chinese badminton player, Chen Qingchen. The cheer for her was loud and some supporters screamed her as "Dora the Explorer" haha! I am following her on Instagram now and based from her feeds, she is surely a cheerful and humble athlete :) Personally, I believe she will be the next Yu Yang in the Chinese badminton squad; 19-year old and #1 in the world already :O

Apa kabar hari ini?

Lihat tanda tanya itu

Jurang antara kebodohan dan keinginanku

Memilikimu sekali lagi

Judul: Ada Apa dengan Cinta? 2

Sutradara: Riri Riza

Produser: Mira Lesmana 

Pemain: Nicholas Saputra, Dian Sastrowardoyo, Adinia Wirasti, Titi Kamal, Sissy Prescillia, Dennis Adhiswara

Puisi Rangga: M. Aan Mansyur

Tata Musik: Anto Hoed, Melly Goeslaw

 

Setelah AADC? tahun 2002 lalu diakhiri dengan adegan Rangga (Nicholas Saputra) berangkat ke New York dan meninggalkan Cinta (Dian Sastrowardoyo) dengan sebuah puisi, AADC? 2 mengambil latar waktu yang sama dengan kehidupan nyata kita semua. Now that it's 2016, AADC? 2 menceritakan kehidupan Rangga serta Cinta dan teman-teman segengnya setelah 14 tahun berlalu. 

Rangga masih tinggal di New York, kini membuka kedai kopi bersama teman bulenya dan punya satu orang pegawai. Sementara Cinta, masih dengan idealismenya terhadap seni, kini mempunyai sebuah galeri seni mini di Jakarta. Lalu, bagaimana kisah dua insan ini berjumpa di Yogyakarta? Tak lain tak bukan adalah karena Cinta bersama gengnya: Karmen (Adinia Wirasti), Maura (Titi Kamal), dan Milly (Sissy Prescillia) sedang berlibur di Yogyakarta. Rangga sendiri datang ke Yogyakarta untuk menemui ibunya (Ingat AADC? 1, Rangga dulu ditinggalkan ibu dan kakak-kakaknya).

Bagaimana perjumpaan pertama Cinta dan Rangga setelah ratusan purnama tersebut?

----------------------SPOILER ALERT!----------------------

Well, gue akan berusaha untuk tidak spoiler tetapi kayaknya memang agak sedikit sulit membahas mengenai kejadian-kejadian 14 tahun terakhir tanpa mengemukakan spoiler tertentu. Gue pribadi sangat baper sama sekuel ini, berbeda dengan sebagian besar masyarakat yang sepertinya justru punya sedikit kekecewaan terhadap ceritanya. Tapi gue yakin kita semua tetap sama-sama senang karena bisa nostalgia dan merasakan chemistry (yang tetap sama!) dari Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo. Tetap unyu dan bikin senyum-senyum, euy. 

Seneng banget waktu tahu AADC? 2 jadi dibikin. Alasan gue nonton Pendekar Tongkat Emas, salah satunya adalah karena Mira Lesmana pernah berjanji AADC? 2 akan dibikin kalau Pendekar Tongkat Emas sukses. Selain itu, gue seneng karena baper gue akan Mini Drama AADC? dengan LINE akan dibayar lunas.

Seperti yang sudah diketahui publik, geng Cinta itu sebenarnya terdiri dari lima orang. Sayangnya, Ladya Cheryl, pemeran Alya dalam film AADC? 1 urung ikut dalam pembuatan sekuel filmnya. Eh ya terus gimana, masa gak ada Alya banget? Alya, menurut gue, punya sifat penyabar dan mengerti banget Cinta itu kayak gimana. Ketiadaan sifat-sifat Alya ini berusaha dihadirkan dalam sosok Karmen. Gue sih suka banget  aktingnya Adinia Wirasti. Tetapi apakah Karmen bisa menjadi 'Alya' in disguise buat Cinta? Mengingat sudah 14 tahun berlalu dan Karmen juga telah mengalami hal-hal yang tidak mudah dalam hidupnya, menurut gue sih perubahan sifat Karmen bukan tanpa alasan. Dia cuma gak pengen Cinta gak bahagia aja.

Perubahan sifat Geng Cinta ini tidak hanya dialami Karmen. Maura tetap jadi pesolek, namun kini gila kebersihan dan mudah senewen bila sesuatu tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Milly tetap jenaka. Kalau zaman AADC? 1 gue kurang menyukai karakter Milly ini karena kok ya celetukannya aneh, sekarang malah suka banget karena celetukannya bener banget. Paling memorable, ya bagian dia nyeletuk "Lihat tuh si Cinta, langsung ngomong juara aja. Dia aja gak tau kita beliin apa buat Trian, pokoknya juwaaraaa aja." =))) 

Cinta sendiri bagaimana? Tetep asik? Tetep galau sih kalau Cinta mah. =))))) Sesakit-sakitnya putus dengan Rangga, ternyata dia masih menyimpan barang-barang pemberian Rangga. Seperti masih menyimpan asa dan masih terbelenggu rasa cinta yang belum kunjung padam *aposeh*. Makanya masih asik-asik aja jalan seharian sama Rangga. Dasar, marah tapi mau. Rangga sendiri tetap puitis, kadang-kadang sinis, namun terlihat jauh lebih melunak ketimbang sosoknya zaman SMA dulu. Sepanjang jalan-jalan sama Cinta, Rangga sudah lebih banyak senyum dan tertawa.

Awalnya kemarahan dan penyesalan itu ada di antara Cinta dan Rangga, tapi kemudian mereka memutuskan untuk berdamai dan jalan-jalan aja. Jalan-jalan dan obrolan-obrolan Rangga dan Cinta sendiri sebenarnya tak ubahnya kawan yang sudah lama tidak berjumpa. Serius, potong adegan-adegan mereka marah-marahan dan putar ulang kembali di benak kalian, jatohnya cuma kayak ngobrol sama sahabat lama aja kan? Tapi emang adegan marah-marahan itu adalah kunci. Rangga ditampar dan menjadi tahu betul kalau ia masih punya peluang mendapatkan Cinta. Makanya, usaha banget kan tuh doi. :P

In the end, gue akhirnya tahu betul kenapa gue bisa baper lumayan maksimal sama AADC? 2. Gue sejak awal sudah memutuskan untuk melepas segala logika yang ada dan kekeuh sama satu hal: Cinta akan berakhir bersama Rangga. A happy ending (for them). Makanya udah gak mikir deh, Cinta kok mau-maunya diajak-ajak pergi padahal dulu sakit hati banget-banget. Kok ya udah mau nikah kok milih balikan ama mantan... Kok ya nyusul Rangga ke New York padahal jelas-jelas dia bisa kirim e-mail atau pesan di LINE dulu? =)))) Aku mah pokoknya hepi kalau Cinta ama Rangga sama-sama lagi.

Meskipun demikian, gue sangat menyayangkan kemampuan sekaliber Ario Bayu cuma dijadiin figuran. Gue bener-bener pengen adegan dia 'menyidang' Cinta ditampilkan dalam film. Gak cukup lah dengan "Aku berhak tahu." Grr. Kan gue pengen denger Cinta ngomong apa ke Trian!

Jangka waktu 14 tahun yang harus diisi dengan berbagai cerita membuat 3/4 bagian film sangat padat, dan 1/4 bagian akhir film jatuhnya jadi diburu-buru. Hal ini membuat gue bertanya-tanya, kenapa jangka waktu itu tidak diperpendek saja? Gak masalah, kan, meski senyatanya di kehidupan kita semua sudah berjalan 14 tahun tapi di kehidupan mereka cukup beberapa tahun saja? I had my answer, tentu saja karena film ini diperuntukkan bagi masyarakat Indonesia yang membuat AADC? 1 mendulang sukses 14 tahun lalu. Ajang reuni.

Cinta mungkin tidak seperti orang lain di usianya yang sudah 30 tahun. Kematangan berpikir seperti kurang ditunjukkan, terhalang sebuah rasa hati yang belum pudar. Tapi begitulah Cinta. Dan saya, tidak mau menyalahkan Cinta.

Everyone comes to Zootopia, thinking they could be anything they want. But you can't. You can only be what you are.

Judul: Zootopia

Sutradara: Byron Howard, Rich Moore

Pemeran: Ginnifer Goodwin, Jason Bateman, Idris Elba, Shakira

Durasi: 108 menit

**Spoiler Alert! (tapi karena gue udah yang paling telat nontonnya, kayaknya nggak ngaruh-ngaruh amat)**

Zootopia pada dasarnya adalah sebuah kota metropolitan dimana beraneka jenis hewan hidup dalam damai. Mereka adalah hasil evolusi, sehingga predator dan bukan predator pun dapat hidup dalam kebersamaan. Zootopia is the city center, yang dikelilingi oleh macam-macam daerah suburban, salah satunya: Bunnyburrow. Di Bunnyburrow, terdapat seekor kelinci bernama Judy Hoops (Ginnifer Goodwin), yang sejak kecil bercita-cita untuk menjadi polisi di Zootopia. She graduates top of her year, and that is when her real life started. Judy adalah satu-satunya kelinci di kepolisian; sementara lainnya adalah hewan-hewan besar yang intimidatif. Stereotip tentu selalu ada, apalagi terhadap kelinci kecil nan imut yang mau jadi polisi. Menolak diberikan pekerjaan sebagai polisi tukang tilang, Judy mengambil pekerjaan untuk mencari hewan yang hilang. Pekerjaan tersebut ternyata bagian dari kasus besar Zootopia. Judy tidak sendiri, ia bekerja sama dengan seekor rubah, Nick Wilde (Jason Bateman), yang stereotipnya: licik. Sanggupkah mereka berdua menyelamatkan chaos di Zootopia dari seekor serigala berbulu domba?

Sebetulnya gue hampir saja menghindar untuk nonton film ini. Meski ini persembahan dari Disney (my favorite!), namun trailer film ini -yang gue embed di atas- berhasil membuat gue eneg banget pengen nabokin Flash si kungkang tersebut, saking leletnya dia. Hampir aja layar komputer kantor kena getahnya. =))) Orang-orang melihat Flash si Kungkang sebagai daya tarik, gue waktu itu sih pas nonton trailernya malah major turn off. Tapi kan gue anaknya gampang terpengaruh, ya. Jadi pas banyak review bagus soal film ini tentunya akhirnya gue nonton juga! 

Dan gak nyeseeeeel, mengejar film ini dari Senayan City sampai Lippo Puri! Film ini adalah metafora kehidupan manusia, dimana selalu ada stereotip kepada setiap orang. Dan karena stereotip itulah, kadang-kadang seseorang harus bekerja dua kali lebih keras untuk membuktikan dirinya tidak seperti stereotip yang ada. Judy si Kelinci, susah payah banget di akademi polisi, tapi karena kerja kerasnya malah jadi wisudawan terbaik. Oops, ternyata jadi wisudawan terbaik pun tidak membuatnya mudah di lapangan karena teman-temannya badannya 100x lipat lebih besar dari dia. Sebagian hewan pun pasrah dengan stereotip, seperti orang tua Judy yang pengen anaknya jadi petani aja kayak kelinci lain atau Nick si Rubah yang mengamini kalau rubah itu memang licik.

Pesan moral film ini sih: Be nice to everyone, you'll never know that someday your path and their path cross again. ;) Siapa yang sangka kan, Judy batal dibunuh oleh Mr. Big karena anaknya pernah ditolong sama Judy?

Teruuus, gue mau bahas tentang gambaran kota Zootopia. Plesetan-plesetan merek terkenal seperti Apple (logonya diplesetin jadi logo wortel yang digigit separuh), DKNY (diplesetin jadi DNKY dengan maskot keledai), Uber (diplesetin jadi Zuber), hingga artis terkenal di Zootopia namanya Gazelle lho (hello from the other side? :P). Entah mengapa yang memerankan Gazelle adalah Shakira, bukan Adele. Selain itu, ada salah satu adegan di filmnya mengenai penjual DVD bajakan. DVD bajakan yang dijual semuanya plesetan film Disney, seperti: Pig Hero 6, Floatzen, Wrangled, dan Wreck-it-Rhino. Tentu udah pada tau kan judul film aslinya apaan aja? Ini yang bikin seneng sih, jadi keliatan banget kalau penggambaran kota metropolisnya pun digarap dengan serius.

You don't want to miss this movie, it's very good and it's very relevant to our lives nowadays. Gue pun kadang tertampar-tampar nontonnya. Hihihi. That's it for now and I cannot wait for Finding Dory!

Iya, cerita liburan Semarang-Yogyakarta yang waktu itu gue ceritain belom kelar. :))) Rencana awal kami adalah setelah makan di Jejamuran, kami bakal menuju daerah pantai di selatan Yogyakarta. Ceritanya (minjem istilahnya Oni) kangen laut, euy. Kan rencana awalnya mau ke Karimun Jawa, karena batal ya tetep lah harus mengusahakan ketemu pantai. Kenyataannya bagaimana sodara-sodara? Pada tepar, kayaknya ga sanggup deh kalau ke pantai secara kami juga udah keringetan parah dan bawaannya pengen mandi. Masalahnya, kami belum punya penginapan. Setelah telepon sana-sini, yawis akhirnya disepakati untuk meluncur ke salah satu hotel paling hits se-Yogyakarta: LOKAL.

Ya kalau Karimun Jawa nggak kesampean, pantai nggak kesampaian, yaudalah kolam renang juga gak apa-apa. Begitu pemikiran kami. Hehehe...

Sesampainya di LOKAL, sebagian nyebur, sementara gue sendiri udah pengen keramas jadi langsung mandi aja gak berenang lagi. Padahal pada seru tuh foto-foto underwater pake GoPro-nya Oni. Terus, baju gue kurang hahahahahaha. Gue emang bawanya ngepas banget, baju gue jadi kurang satu karena di itungan gue, gue bawa baju renang buat snorkeling jadi gak usah bawa baju biasa lagi! Beruntung Oni ukuran bajunya samaan ama gue dan bawa lebih, cus deh minjem waktu itu.

Karena kami go-show, jadi terima jadi aja deh kamarnya yang mana. Setelah gue cek di situsnya, kami waktu itu dapet kamar tipe C. Lupa harganya berapa per malamnya, tapi karena kami lebih dari dua orang maka kena charge tambahan 125 ribu Rupiah per tambahan orang. Gak dapet extra bed, ruangannya ngepas luasnya jadi hanya dapat bantal dan amenities. 

I was a little bit surprised sama lokasi LOKAL Hotel and Restaurant ini. Awalnya kirain di jalan gede ya bok, ternyata ndaak masuk gang gitu di daerah Gejayan. Namun untuk luas tanah yang ngepas gini, bisa dibilang LOKAL sih sukses ya bikin belasan kamar yang nyaman banget. Kamar kami sendiri luasnya 24 sqm, tapi pengaturannya bikin berasa gak sempit. Selain itu yang gue suka dari LOKAL adalah meski kamarnya kecil, kamar mandinya tetep dikasih porsi luas, gak sempit kayak budget hotel!

Seperti yang sudah gue bilang, selain hotel LOKAL juga ada restorannya. Pasti udah pada tau deh restorannya LOKAL ini yang mana karena instagramable abis! :))) Nih nih yang ini nih:

Ya, kan? Pasti udah sering banget liat di Instagram. :P Nge-hits di Yogyakarta? Checked!

LOKAL Hotel & Restaurant

Jalan Jembatan Merah 104C

Yogyakarta

+62 274 524334

Sampai mana cerita terakhir liburan Semarang-Yogyakarta gue? Yak, sampai si Oni nyetir dengan badass di kelok Ungaran-Yogyakarta. Di tengah perjalanan ke Yogyakarta, AC mobil mendadak nggak prima dinginnya (mungkin karena jalanan yang naik-turun dan isi mobilnya juga full) dan akhirnya kami semua resmi sauna. =)) Di Magelang sempat mampir ke Candi Borobudur karena si Reza belom pernah ke sana padahal temen-temen bulenya udah semua! Dia jadi merasa bukan orang Indonesia asli karena belum pernah ke Candi Borobudur. 

Fast forward, kelaparan dari Candi Borobudur membuat kami makin semangat untuk segera menuju ke tempat yang emang sudah direkomendasikan oleh Oni yaitu Jejamuran. Jejamuran ini apa sih? Restoran yang menu utamanya adalah jamur. Jadi rupa-rupa jamur disediakan di sini, kecuali jamur yang ada di Mario Bros.

Eng ing eng, karena ke sana pas liburan juga jadilah Jejamuran ini penuh dan kami harus waiting list. Begitu dapet tempat langsung cuss semangat mesen makanan. Sambil nunggu makanan jadi, gue menyempatkan diri untuk berkeliling restoran Jejamuran. Arealnya restorannya luas banget, dan ada dua tanah kosong yang dijadikan lapangan parkir. Untuk area makannya sendiri terbagi atas smoking dan non-smoking. Salah satu hal yang menarik adalah mereka juga jualan jamur untuk dibawa pulang:

Gue sendiri emang penggemar jamur tetapi nggak pernah menyangka kalau ternyata ada lho restoran khusus yang menjual aneka rupa-rupa jamur sebagai bahan utamanya. Sebut saja sate jamur, jamur asam manis, dan lain-lain. Saking lapernya waktu itu, menu jamur yang bisa terpotret cuma ini:

Testimonial dari gue: recommended! Semua sajian jamurnya enak-enak (apa karena waktu itu laper banget ya?) dan suasana restorannya juga menyenangkan. Gue sarankan duduk aja di area yang non-AC karena lebih berasa suasana di tanah Jawa-nya. :P

Jejamuran

Jalan Magelang KM 11

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

"It's not about saving our world, it's about saving theirs."

Scott Lang (Paul Rudd) adalah seorang bekas narapidana yang sedang kesulitan mencari pekerjaan karena statusnya tersebut. Akibatnya, ia pun jadi sulit menemui anaknya: Cassie (Abby Ryder Fortson), yang selalu menganggap ayahnya adalah jagoan. Demi dapat memenuhi biaya tunjangan anak dan karena dipengaruhi teman-temannya, Scott jadi mencuri lagi. Siapa sangka, pencurian tersebut berujung membuatnya jadi superhero. Hank Pym (Michael Douglas) adalah orang yang ia rampok, sang pencipta kostum Ant-Man. Film ini menunjukkan kita bahwa 'heroes don't get any bigger'. Scott sebagai Ant-Man harus segera menyelamatkan dunia dari ide gila Darren Cross (Corey Stoll) yang juga dapat berubah menjadi seukuran semut sebagai Yellowjacket. Plus, memperbaiki hubungan Hope (Evangeline Lilly) dengan Hank Pym.

AJIGILE MAK. BEST MARVEL MOVIE EVER, I must say. Sebagai penghubung Marvel Cinematic Universe Phase 2 dan Phase 3, film ini memuat banyak banget trivia yang terkait dengan film-film Marvel lainnya. Makin gak sabaaar! Jujur aja gue awalnya kurang antusias dan nonton film ini for the sake biar nyambung sama Marvel Cinematic Universe yang udah dirancang aja. (Aslik, MCU ini ide brilian banget buat bikin kita bayar tiket nonton terus!).

Kenapa terbaik sejauh ini? Orang-orang mungkin bilang Guardian of the Galaxy itu salah satu film Marvel yang paling kena pesan moralnya, tapi menurut gue Ant-Man ini jauh lebih keren sih. Bahwa seorang bokap adalah superhero di mata anak gadisnya. Bahwa hampir selalu, white lie itu dilakukan demi kebaikan seseorang. Bahwa orang tua tidak ingin mengorbankan anaknya sendiri. Bahwa sebuah ambisi yang terlalu besar dapat membutakan dan menelan diri kamu sendiri. Dan bahwa potongan rambut bob senantiasa hits dan membuatmu keliatan kece. HAHAHA.

Ada beberapa appearance dari personel MCU lainnya kayak Peggy Carter (Hayley Atwell), Falcon (Anthony Mackie), dan tentunya orang paling bahagia di dunia saat ini: Stan Lee (cari sendirilah kali ini dia jadi siapa). Tempo film pas, gak kelambatan dan gak kecepetan. Transisi dari ant-view jadi human-view juga mulus dan gak bikin pusing. Agak ganggu pas banyak semut di-zoom; sampe merinding disko (tapi yah judul filmnya aja semut gitu)! Plotnya sendiri keren banget. Dari sisi aktor: sedikit berharap Scott Lang itu adalah Bradley Cooper, sayangnya si Bradley udah keburu jadi rakun di Guardian of the Galaxy :P  Dari sisi humor: SUKA! Semuanya berhasil bikin cekikikan, porsinya juga pas dan gak maksa kayak Avengers: Age of Ultron. Dari sisi humanity: KENA! Baik hubungan seseorang dengan orang lainnya, maupun hubungan seseorang dengan binatang. Dari sisi soundtrack: ME LAFF.

Suka deh pokoknya! Sekadar catatan, film ini punya DUA after credit scene, jadi jangan bodoh kayak saya tengah-tengah credit langsung cabut jadinya cuma nonton satu. Terus, perhatikan pula gantungan kunci yang suka ditenteng-tenteng sama Hank Pym.

This is my second time watching Indonesia Open Super Series Premier live in Istora Senayan. Previously I watched it in 2013, I skipped 2014 since it was on Jakarta's birthday (which is full of parade and carnaval) plus the Electro Run was held around Istora too. Thank God, this year, even though the Electro Run was held in the same date but totally different places. So, to Istora we go!

I bought the First Class Semifinal Ticket online; I am still surprised of how internet has made (almost) everything easier! We decided to watch the semifinal (not the final nor the quarter-finals) because we have a job now (quarter-finals is on Friday) and we are not sure whether Indonesia would make it to the finale. 

I am not being harsh here, but the badminton world is really competitive nowadays and too bad Indonesian players are still inconsistent. I am not talking about the Chinese domination, since the players from Japan, South Korea, Thailand, and (don't forget) Spain are great as well. Japan won the Thomas Cup, Ratchanok Intanon from Thailand + Saina Nehwal from India + Carolina Marin from Spain tore up the domination of Chinese players in Women Single number. Anyway I always love the competition in Mix Doubles number, the Fantastic Four couples: Zhang Nan - Zhao Yunlei (China), Tontowi Ahmad - Liliyana Natsir (Indonesia), Joachim Fischer-Nielsen - Christina Pedersen (Denmark), and Xu Chen - Ma Jin (China). To be honest, whenever I watch a match among them, I do not care who wins as long they give a world class level game. 

Back to the Indonesia Open, we arrived there few minutes before 10 AM. I repeat, 10 AM. Usually the semifinal starts on 1 PM (two courts), but this year they only use one court and that's why it began on 10 AM. It started with all Chinese semifinals in Women Doubles number; which was obviously pretty boring... Then Men Doubles number, all Korean semifinals... Lee Yong Dae is still Istora's sweetheart, cheers for him were like almost everywhere! But I think he started to lose his charms, the chants weren't as huge as the last two or three years. The all Korean semifinal was not boring like Chinese's, too bad Lee Yong Dae lost.

10 AM. The crowd weren't that big (yet)!

We did not even get out from the venue in break time. We were afraid we lost our seat (because there was no seat number since we basically sit on a bench). And then the dream Mix Doubles semifinal happened, this time is between Zhang/Zhao vs Ahmad/Natsir. Istora's crowd were already very indimidating; or maybe too intimidating for Indonesian players themselves since they made many unforced errors! Which then resulting to the loss for Indonesia in their home town. Geez. They had a hat-trick at All England but none at Indonesia Open. :)) 

Ah, when we were watching this very sacred and special game, bad thing just happened. A bunch of supporters just came and then passed through the our bench. Yo dude, we want to watch the game not your ass! The committee was not helping either since they were the one who told the supporters to pass our bench. I even had to confront them, along with some fans which wanted to watch the game with no disturbances.

We stayed until around 7 PM. We decided to skip another legendary Mix Doubles number between the Chinese and the Danish since it was already late. We went out right after the Men Doubles number, Ahsan/Setiawan lost to Zhang/Fu. That day, it was only Polii/Maheswari who made it to the finale in Women Doubles.


A selfie we were supposed to take in the morning, but he refused because we were already late. Therefore I forced him to take it before we went home. Amazing frame, eh? We use Fotoku app, you can download it here.