Gue sudah menulis serunya Labuan Bajo, Taman Nasional Komodo, dan menginap di kapal di artikel-artikel sebelum ini. Kali ini, gue akan menuntaskan bahasan gue tentang Labuan Bajo, dengan harapan bisa ke sana lagi supaya bisa menulis lagi. Masih banyak banget tempat di sana yang belum gue kunjungi!

Hari itu hari terakhir gue di Labuan Bajo. Penerbangan kembali ke Denpasar sekitar jam 2 siang, sehingga gue masih punya waktu untuk berkeliling Labuan Bajo di pagi harinya. Gue dapat saran untuk mampir ke Gua Batu Cermin, yang letaknya gak jauh dari hotel tempat gue menginap. Penasaran apa yang ada di situ, jadilah gue mau ke sana. Pagi hari usai sarapan, gue dijemput sama Lydia, instruktur selam asal Belanda yang kerja di Labuan Bajo. Dia yang akan menemani gue ke Gua Batu Cermin.

Perjalanan ke tempat wisata Gua Batu Cermin kami tempuh naik motor kurang lebih 15-20 menit. Lydia yang nyetir, gue mah gak fasih nyetir motor. Hahaha. Sesampainya di sana, kami menghampiri salah satu pendopo untuk setor nama sekaligus bayar tiket masuk. Gue yang Warga Negara Indonesia sih bayarnya murah, sementara Lydia karena Warga Negara Asing kena harga -kalau gak salah- sekitar 4x lipatnya. Kami juga minta satu pemandu. Pemandu kami adalah anak SMK Pariwisata dari daerah Bajawa yang sedang magang di Gua Batu Cermin. 

Azeg, kalau dapet pemandu yang anak sekolahan gini biasanya bagus nih penjelasannya. Dalam perjalanan ke pintu masuk gua, sang pemandu (yang gue keburu lupa namanya saking lamanya perjalanan ini belum gue tulis) menceritakan juga mengenai tanaman-tanaman yang tertanam di sisi jalan. Kami juga menemukan seekor burung hantu - yang sepertinya bangun kesiangan (hari udah pagi kok dia masih nongol?). Mumpung ada Lydia, gue bilang sama adik pemandu ini supaya cerita juga dalam bahasa Inggris, sekalian buat latihan. Yang bersangkutan malu-malu kucing, dia akhirnya cerita sedikit-sedikit dalam bahasa Inggris juga. 

Setibanya di mulut gua, kami diarahkan untuk menggunakan helm dan diberikan sebuah senter. Ya, namanya juga gua, di dalamnya gelap. Sementara helmnya sendiri sangat bermanfaat buat di dalam gua. Kenapa, gitu? Karena kalau kalian gak fasih rutenya dan terlambat merunduk.... DUUKKK kebenturlah itu kepala ke batuan di gua. Adik pemandu sih lancar ya, gak kebentur-bentur. Dia juga selalu memperingatkan kami kalau-kalau harus merunduk, tapi emang agak percuma. Gue suka kecepetan mau berdiri, jadilah DUUUUK kejedot juga. Apa kabar Lydia yang jauh lebih tinggi dari gue? Kasian bener doi, nunduknya harus lebih niat ='')))

Di Gua Batu Cermin ini ada apaan, sih? Berdasarkan cerita adik pemandu, Gua Batu Cermin ini ditemukan oleh Theodore Verhoven, pastor sekaligus arkeolog asal Belanda. Gue kurang tahu hubungan yang bersangkutan dengan artis Paula Verhoven dan tentunya gue juga gak nanya ke adik pemandu; takutnya nanti gue malah ditinggal di dalam gua. Lebih lanjut, adik pemandu menjelaskan bahwa daerah tersebut dulunya adalah lautan. Gua Batu Cermin adalah bentukan fosil-fosil hewan laut. Di dalamnya kami menemukan fosil koral, ubur-ubur, dan penyu. Bebatuannya juga berkilauan gitu deh. Katanya belakangan ini ada yang suka iseng mengerik kilau itu, kali-kali bisa dijual. HADUUH, kelakuan yang begini ini nih yang membuat wisata alam Indonesia jadi berkurang keindahannya.

Di Gua Batu Cermin ini juga ada temuan yang unik. Ada salah satu bebatuan yang dipercayai masyarakat berbentuk seperti Bunda Maria. Labuan Bajo memang mayoritas penduduknya beragama nasrani. Lalu, gua ini dinamakan Batu Cermin karena ada satu titik di gua yang dapat disorot cahaya matahari dengan sempurna. Kalau musim hujan, kita jadi bisa bercermin di airnya. Karena gue datang agak kepagian, jadi matahari belum betul-betul naik dan mencapai sudut yang bisa menembus ke dalam Gua Batu Cermin ini.

Gimana, seru kan nambah ilmu sejarah di Gua Batu Cermin? Gue bersyukur sekali dapat didampingi adik pemandu yang luar biasa pengetahuannya soal Gua Batu Cermin, juga dengan flora dan fauna yang ada di sekitar Gua Batu Cermin. Jadi, kata siapa liburan di Indonesia itu gak seru? Pasti yang ngomong kayak gitu belum pernah merasakan serunya liburan di Labuan Bajo. Kalau takut jalan sendiri atau gak mau ribet, kalian bisa pesan paket wisata domestik  dan booking hotel di HIS Travel Indonesia.

Kegilaan tesis gue makin menjadi-jadi karena jelang akhir November pun tesis gue masih nyangkut di Bab 1 dan Bab 2-nya masih ditolak dosen pembimbing. Sementara pendaftaran seminar hasil penelitian tesis (alias sidang pra-tesis - gue juga kurang mengerti kenapa harus dua kali begini), adalah awal Desember. Amsyong? Jelas. Gue yang awalnya slow motion kayak kungkang alhasil gerak secepat kilat kayak Flash the Sloth di film Zootopia. 

Dua kali lembur di kantor, ngebut ngerjain Bab 2 dan Bab 3 sampai jam 11 malem... Akhirnya kelar juga bos Bab 1-3 tesis gue! Sisaan tinggal Bab 4 yaitu kesimpulan dan saran yang bisa dikerjain pasca sidang pra-tesis. Kenapa gitu sampai harus lembur di kantor? Karena kalau di rumah, gue ngantuk melulu alhasil jadi males nyalain laptop. Selasa kemarin akhirnya gue ambil cuti dari kantor supaya bisa menyelesaikan segala urusan administrasi di kampus. Gue berangkat dari rumah kira-kira jam 11-an, langsung dapat kereta di Stasiun Tanah Abang, tapi baru tiba di kampus Depok jam.... 12.20-an. Buset dah itu antrean di Manggarai lama beneeeer!

Tujuan utama gue ke kampus sebetulnya adalah minta tanda tangan kartu ujian ke pembimbing akademik dan menemui dosen pembimbing, menerima input dari beliau untuk kemudian gue perbaiki sebelum gue daftar seminar pra-tesis. Apa yang terjadi? Sudah rahasia umum kalau dosen pembimbing gue memang males sama kewajiban seminar pra-tesis ini, jadilah dia bilang ke gue untuk buruan daftar aja buat formalitas. Te-terus gimana? Ya soal isi nanti aja dibahasnya pas seminar. 

Ebuset.

Gak siap dong gue dibantai pas seminar. Kemudian gue diskusi panjang sama dia (dan barengan anak S1 yang lagi skripsian sama doi), nanya ini-itu dan menembak bahwa gue perlu dapet input sebelum seminar pra-tesis. Akhirnya dia mengalah dengan mengizinkan gue untuk menelepon dia minta feedback, telepon mana yang belum gue lakukan sampai hari ini =))

Sore itu akhirnya gue langsung menyunting tesis gue di laboratorium komputer kampus. Ada kisah unik sehubungan dengan hal ini. Usai ngobrol sekilas sama Linda, temen seangkatan dari S1 sampai sekarang, gue bilang ke dia gue mau ke labkom. Dia stay depan sekretariat karena lagi nungguin dosen. Melipirlah gue ke tempat yang gue kira labkom... Dulu zaman gue S1 sih labkomnya di situ! Tapi gak taunya malah berubah jadi kafe fancy gini:

Emang laku gitu ya kafe all you can eat yang harganya berkisar 40 - 70 ribu Rupiah ini di kampus? Entahlah, ntar tinggal dilihat aja berapa lama bertahannya. Lagipula, fakultas gue kan memang inisialnya Fakultas Hedon bhahahahak! Gue panik dong pas liat wujud labkom gue udah berubah begini, akhirnya balik lagi ke tempatnya si Linda dan bertanya dengan pasrah.....

"Lin, kita sekarang gak punya labkom ya? Kok jadi kafe gitu?"

"Hah lu ke mana ajaaaaa? Sekarang labkomnya di kantin lantai 2!" *sambil ngakak*

Lah, yang kafe letaknya jauh gitu dari kantin. Sementara labkom ditaroh di kantin. Gimana sih? =''))) 

Ya udah, setelah menyunting tesis (termasuk membuat daftar isi dan daftar pustaka), gue langsung segera nge-print 3 rangkap tesis buat syarat pendaftaran di tempatnya kang potokopi kesayangan di kantin. Gak terasa ternyata udah bertahun-tahun ya gue sangat merepotkan dia dengan urusan fotokopi segala macem urusan akademik :) Terus, pas daftar seminar pra-tesis ternyata gue ketemu pembimbing skripsi gue dulu, yang surprised dan ngecengin gue bahwa gue jadi sidang semester ini. Soalnya gue sempet curhat ke doi karena resah dan gelisah takut tesis kagak selesai padahal udah bulan Oktober!

Selesai deh urusan hari itu. Gue seneng banget ambil cuti, jadi gak ada desakan buat cepet-cepet balik kantor dan menebus jam kerja yang gue tinggalkan. Rasanya jadi santaaaaai dan jadi mahasiswa seutuhnya *tsah*. Jatuhnya jadi stroll down memory lane gitu deh. Berangkat ke kampus naik kereta, nyantai di perpustakaan ngoprek buku (Do you know that section 899-900 awal menarik banget?), ketak-ketik di labkom, ngobrol sama kang potokopi dan dosen~ Dan karena ke kampus di weekday, kehidupan kampus juga lagi hidup-hidupnya dengan segala macem kegiatan dan tumpah ruah mahasiswa. Seru!