14 Februari yang lalu, gue mendapat kesempatan untuk menonton Konser 40 Tahun Erros Djarot Berkarya di Plenary Hall JCC Senayan. "Mendapat kesempatan" artinya adalah.... Menang kuis. HEHEHEH. Terima kasih @aMrazing dan @myARTasya untuk tiket kelas bronze-nya! Gue nonton sendirian karena memang cuma menang satu tiket aja (tolong gak usah diingatkan relevansi saya nonton sendiri dengan tanggal konser ini digelar ya!).

Gue mengenal sosok Erros Djarot dari lagu-lagu ciptaannya yang dinyanyikan Chrisye. Gue adalah penggemar Chrisye karena dari kecil banget sudah diperdengarkan lagu-lagunya. Jadi, pas ada kuis untuk nonton konser gratisan tentu saja gue turut serta. ^.^ Di konser ini gue agak roaming beberapa lagu, tapi ya dimaklumi ya aku kan baru 21 tahun ;)) Tamu-tamu dan penonton konser 40 Tahun Erros Djarot Berkarya ini memang sebagian besar yang sudah berumur, tapi gue juga melihat orang-orang seumuran gue dan anak-anak kecil (yang sepertinya digerek ama orang tuanya buat nonton).

Mira Lesmana membagi konser ini menjadi beberapa bagian: Erros Djarot Sang Penata Musik, Erros Djarot Sang Sutradara, Erros Djarot Sang Redaktur, Erros Djarot Sang Politisi, dan Erros Djarot Sang Musisi.

Erros Djarot Sang Penata Musik
Di bagian ini, sosok Erros Djarot diperkenalkan sebagai penata musik film-film besar. Once menjadi penampil pertama, disusul Marcell. Eva Celia juga menyanyikan lagu Semusim yang dibuat jazzy, gue kurang suka sih karena di telinga kedengerannya agak maksa. Sementara Bunga Citra Lestari menyanyikan Baju Pengantin dengan sangaaaat baik, mengingatkan gue dengan suaranya ketika menyanyikan soundtrack film Habibie-Ainun.

BCL - Baju Pengantin

Eva Celia - Semusim

Erros Djarot Sang Sutradara
Film Tjoet Nyak Dien yang disutradarai Erros Djarot dan memerlukan waktu bertahun-tahun dalam proses pembuatannya, diinterpretasikan kembali oleh Erwin Gutawa. Jadi di layar besar itu tergambar cuplikan film Tjoet Nyak Dien, tapi backsound-nya dimainkan live oleh orkestra yang dipimpin Erwin Gutawa. Getarannya terasa sampai ke kursi. Epic.

Ah ya, kejutan dibuat oleh Jay Subyakto ketika THE S.I.G.I.T tampil.

The S.I.G.I.T tampil. Ternyata panggungnya hidrolik!

Erros Djarot Sang Redaktur dan Erros Djarot Sang Politisi
Okay, gue baru tau Erros Djarot ini juga sempat jadi jurnalis. Segmen ini dibuka oleh Andy F. Noya yang mengungkapkan testimoninya melalui video singkat. Segmen ini berkisah tentang lagu-lagu Erros Djarot yang diciptakannya ketika Tabloid Detik yang dipimpinnya, dibredel penguasa Orde Baru. Lagu-lagunya tentu saja kita tidak tahu, karena baru pada saat konser tersebut, lagu-lagu itu diperdengarkan ke publik.

Sajian berupa drama musikal yang dipimpin Kikan (mantan vokalis grup band Cokelat) cukup menarik untuk ditonton. Satu yang paling berkesan adalah lagu "Pemilu Bla Bla Bla." Semoga nanti album ini dapat diperdengarkan ke publik ya. Mumpung momennya lagi pas juga nih. :))

Di bagian ini pula, tampil legenda musik Indonesia yang memang sudah pakarnya untuk menyanyikan lagu-lagu perjuangan/ pergerakan: Iwan Fals. Tampil secara akustik, tapi tetap apik.

Erros Djarot Sang Musisi
Pada hakekatnya, Erros Djarot adalah seorang musisi. Album soundtrack Badai Pasti Berlalu menjadi pamungkas konser ini. Dan saat-saat yang gue tunggu-tunggu kejadian juga di bagian ini: koor bareng penonton satu Plenary Hall JCC. Dikomandoi oleh Alexa, seluruh penonton nyanyi bareng lagu Malam Pertama dan Selamat Jalan Kekasih.

Pagi yang cerah / dan senyum di bibir merah/
Sejuta rasa bahagia / yang kau berikan //
Tiada lagi / yang dapat kupersembahkan /
Hanyalah laguku ini / sbagai ungkapan /
Cintaku //
- Malam Pertama -

Alexa

Suasana yang sudah cukup melankolis setelah koor bareng lagu Malam Pertama, dibuat makin mellow lagi dengan video testimonial dari Dewi Djarot, istri Erros Djarot. Dewi bercerita tentang dirinya yang dulu mendapatkan tawaran untuk S-3 di Perancis, namun dirinya ragu mengingat putranya - Banyu Biru - masih berusia 2 tahun. Dikuatkan oleh Erros dan diciptakannya lagu Selamat Jalan Kekasih, membuat Dewi kuat dan mengambil tawaran S-3 tersebut. Setelah video tersebut, penonton koor lagi bareng Alexa:

Selamat jalan kekasih / 
Kejarlah cita-cita / 
Jangan kau ragu 'tuk melangkah / 
Suatu hari nanti / 
Kita 'kan bersama lagi //
- Selamat Jalan Kekasih - 

AAAAAK :''''' Emosional sekali suasananya kala itu. Nonton sendirian bikin tiada bahu yang bisa dipakai bersandar. #KemudianSenderanDiBahuJalan #DiserempetBajaj

Suasana kembali dipanaskan oleh Glenn Fredly yang membawakan lagu Pelangi. Tata panggungnya keren banget dengan sorotan lampu-lampu berwarna pelangi. Kemudian disusul beberapa penampil lainnya seperti Marcell dan Once, namun yang berkesan adalah Eva Celia yang menyanyikan lagu Serasa. <3 Pas banget aransemennya, dan di akhir lagu Eva bisa unjuk suara dalam berimprovisasi. KEREN. <3

Glenn Fredly - Pelangi
credit to: @jonathanend, thanks.

Klimaks konser ini tentu saja terletak di penampilan Berlian Hutauruk, yang suaranya tetap prima seperti tahun 1977 ketika album Badai Pasti Berlalu pertama kali rilis. Penonton pun memberikan apresiasinya yang tertinggi: standing ovation tak henti ketika Berlian Hutauruk menembak nada tertinggi dan mengakhiri lagu Badai Pasti Berlalu. Luar biasa.

Seluruh pendukung acara - Klimaks!

Beberapa catatan perlu disampaikan: tata suara yang sempat error, konser yang ngaret sekitar 40 menit, dan ketiadaan layar proyeksi yang menampilkan para penampil. Kami-kami yang di kelas bronze jadinya nebak-nebak siapa yang tampil dari suara dan gerakannya aja tanpa bisa melihat wajah dan mimiknya. Secara keseluruhan, konser ini kece banget. Salut berat untuk Erwin Gutawa, Sang Orkestrator konser ini. Most of the time, gue lebih sering ngeliatin Erwin Gutawa mimpin orkestranya dibanding ngeliat penyanyinya. :))