Kebayang nggak kalau ada hewan yang masa kehamilannya sampai dua tahun?


Gue cukup terkejut pas iseng-iseng browsing tentang hewan tersebut dan mengetahui bahwa masa kehamilan hewan tersebut bisa mencapai dua tahun lamanya. Gajah, begitu namanya dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Latin, gajah dikenal dengan nama Elephas maximus. Keterkejutan gue tidak berakhir di masa kehamilan seekor gajah aja, tetapi juga rentang waktu antar kelahirannya: empat sampai lima tahun. Jika seekor gajah betina dapat hidup hingga berusia 60-70 tahun dan masa reproduksinya sudah dimulai di usia 9 tahun... Maka dalam satu siklus hidup gajah betina, (berdasarkan hitungan gue sendiri) kurang lebih gajah betina itu hanya dapat melahirkan empat sampai lima kali aja.

Sedihnyaaaa, status gajah-gajah ini, terutama gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) sejak tahun 2012 berubah dari endangered ke critically endangered; satu tingkat lebih parah dari sebelumnya. Ini dipicu oleh beberapa hal, salah satunya adalah perburuan gading gajah, yang tak lain dan tak bukan dilakukan oleh manusia. Manusia membunuh gajah terlebih dahulu, kemudian melucuti gadingnya. Selain itu, di masa industrialisasi ini gajah juga mulai kehilangan habitat aslinya. Penggundulan hutan membuat gajah kehilangan habitat aslinya dan mengalami "benturan" dengan masyarakat. Faktor masa kehamilan gajah dan faktor eksternal inilah yang membuat populasi gajah menurun dari waktu ke waktu.

Gambar dari sini, terima kasih!

Di Indonesia, ada satu Taman Nasional yang didedikasikan sebagai pusat pelatihan gajah: Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way Kambas ini terletak di Provinsi Lampung, ujung selatan Pulau Sumatra. Setelah sebelumnya gue pernah cerita di blog ini tentang Taman Nasional Meru Betiri kan, sekarang gue pengen banget nih menambah kunjungan ke Taman Nasional yang lain sekaligus ngajak @aMrazing ke Taman Nasional Way Kambas.

Sejalan dengan tema Lomba Blog Pegipegi, yakni ecotourism (atau ekowisata dalam bahasa Indonesia), di Indonesia ada loh regulasi dan kebijakan yang mengatur tentang ekowisata dan pembangunan wisata yang berkelanjutan. Gue menemukannya di materi presentasi Kemenparekraf RI tentang Ekowisata di Indonesia. Dalam rencana pembangunan nasional 2015-2025 dinyatakan bahwa Pembangunan Wisata harus berdasarkan prinsip-prinsip perlindungan lingkungan. In short, untuk membangun dan mengembangkan sebuah destinasi wisata, nggak boleh sampai merusak lingkungan. Begitu pula masyarakat sebagai turis atau pengunjung destinasi wisata. Responsible tourism harus dilakukan! Leave nothing but footprints, take nothing but pictures. Nggak ada tuh cerita meninggalkan sampah atau merusak lingkungan ketika balik dari liburan.

Gue merasa bakal bisa belajar banyak hal tentang Ekowisata di Taman Nasional Way Kambas. Jadi, nggak hanya sekadar jalan-jalan aja tetapi juga bisa belajar tentang kehidupan gajah dan juga orang-orang yang tinggal di lingkungan sekitar Taman Nasional Way Kambas. Kalau dari situsnya Kemenparekraf (indonesia.travel), di Taman Nasional Way Kambas kita bisa melihat gajah melakukan berbagai pekerjaan seperti mengangkut kayu, membajak sawah, hingga bermain bola. Gue sendiri sih pengen naik gajah atau mandiin gajahnya! :))

Harapan besar dari trip ini tentunya bisa meningkatkan awareness atau kepedulian masyarakat akan keberlangsungan kehidupan gajah agar tidak punah melalui tulisan-tulisan kami sepulang dari sana! :)

Meski fungsi utama Taman Nasional Way Kambas adalah untuk melatih gajah, tetapi ada beberapa jenis hewan lain juga di situ. Sebut saja badak Sumatra, harimau Sumatra, tapir, siamang, dan berbagai jenis burung.

Yuk, @aMrazing, kita ke Taman Nasional Way Kambas! \o/

*mulai cari-cari tiket pesawat dan hotel Bandar Lampung di Pegipegi*