*sapu-sapu blog yang berdebu*

HAAAAAIII, jumpa lagi di tahun 2018 dengan pembahasan trip 2017 yang belom kelar. Hahaha! Hari ketiga merangkap hari terakhir gue dan Mba RK di Karimunjawa akhirnya tiba juga. Masih pengen lanjut banget nih sebenernya, cuma mengingat gue udah hampir 5 hari gak pulang: Kalau lanjut lagi, alamat meja kantor atau baju-baju di rumah yang tiba-tiba nggak ada, atau bahkan keduanya. 

Kali ini kami berkesempatan untuk melihat Karimunjawa dari ketinggian. Tempatnya sih memang buat foto-foto aja (Catatan: kami pulang dengan total foto dan video kurang lebih 4 gigabyte). Namanya adalah Bukit Love Karimunjawa. Kenapa gitu namanya LOVE? Apakah ada cinta yang kau rasakan di sana? *ter-Bening*


Oke, terjawab ya kenapa namanya Bukit Love. HTM-nya 10 ribu Rupiah ajaaa, itu pun berwujud voucher jadi kalau belanja di sana bisa dapet potongan 10 ribu Rupiah. Nggak banyak yang bisa dideskripsikan selain ada beberapa spot foto yang menarik dan ada kafe kecil di Bukit Love. So, let the pictures speak for themselves.



Foto yang di atas ini sempet gue post di Whatsapp Story, di suatu Rabu siang menjelang sore alias waktu dimana pekerja kantoran mungkin lagi bosen-bosennya. Ujungnya? Gue dibombardir beberapa pekerja yang mungkin lagi bosen itu. :P



Sementara foto dengan bendera Indonesia ini dapetinnya susah banget! Gue mungkin jagonya levitasi, sehingga ketika yang motretin gak jago-jago amat pun gue masih bisa ngepasin momennya. Tapi foto pake bendera ini sungguh BHAY alias dari 20-an foto, yang jadi paling dua buah doang. Maksud hati buat stok foto Instagram ketika 17 Agustus, berakhir cuma dapet dua. Hahaha!

Usai puas foto-foto ratusan kali, tiba juga waktunya balik ke Jepara. Pamit perpisahan, foto-foto dikit samping kapal, kemudian nenggak antimo lagi. Sampai Jepara, laper abis jadi kami naik becak 20 ribu Rupiah ke KFC (Alhamdulillah ada KFC, ku sudah kangen junk food). Secara jarak sebenernya gak jauh-jauh amat, cuma nanjak cuyyy... *pukpuk bang becak* Satu hal yang menarik dari Jepara, setiap beberapa meter ada tiang bertuliskan 1 Asmaul Husna, tapi gue belum terlalu inisiatif untuk memastikan apakah jumlahnya 99.

Dan karena kami sudah sampai di Jepara... Ya masa iya kagak ke Museum RA Kartini, yang lahir di Jepara ini? Dari KFC akhirnya kami jalan kaki sambil cari-cari travel balik Semarang ke Museum RA Kartini. Kata orang sih jauh, tapi yahelah ini mah dari Tugu Kartini cuma 2x lampu merah ternyata sudah sampai ke museumnya. Terima kasih Google Maps



Khas museum di Indonesia pada umumnya, masuknya murah banget (di bawah 5000 Rupiah, lupa persisnya; meanwhile di Singapura masuknya aja 15++ SGD tq). Isi Museum RA Kartini ini: ada furnitur rumah RA Kartini, foto-foto Kartini bersama saudara dan suaminya, lukisan-lukisan, mata uang RI dari zaman dulu, hingga tulang belulang ikan joko tuo. 





Cerita tentang kerangka tulang belulang ikan "joko tuo" ini cukup unik. Panjangnya 16 meter, lebar 4 meter, dan tinggi 2 meter; ditemukan di Karimunjawa dalam keadaan mati namun masih ada dagingnya. Wuih, gede banget ya ikannya dan di Karimunjawa juga ada bukit yang dinamakan Bukit Joko Tuo. Waktu di Karimunjawa kami nggak sempet ke sana tapi.

Puas keliling-keliling Museum RA Kartini yang emang nggak begitu besar ini, kami balik lagi ke Tugu Kartini (kali ini naik becak) nungguin travel balik ke Semarang. Kami dijemput agak telat, namun gue masih optimis sampe Bandara A. Yani dengan selamat dan bisa terbang. TERNYATA, jalur Jepara-Demak-Semarang alias Pantura macet bangeettt ya ampun. Pesawat kami jam 20, dan kami tiba di perbatasan Semarang jam 20 kurang 10 menit. Kami udah mau nambahin uang lagi ke supirnya, tapi supirnya sungguh nggak asik maunya nganter yang ke dalem kota dulu PADAHAL KE BANDARA TINGGAL LURUS TQ *gak santai*. Salah sih waktu itu nggak turun dan cari taksi, jadi pas kami sampai di bandara, pesawatnya udah mundur. Pupus sudah merasakan in-flight entertainment Batik Air untuk pertama kalinya dan sampai Jakarta dalam 1 jam.

Untungnya juga (khas orang Indonesia ya, udah apes tetep ada untungnya), kami ada di kota dengan rute kereta api. Jadi, kami akhirnya go-show beli tiket kereta eksekutif di Stasiun Semarang Tawang seharga 385 ribu Rupiah (tiket pesawat gua 400 rebu, sungguh beda tipis) yang berangkat jam 21.30-an. Merasa masih lama, kami keliling-keliling Semarang naik Uber beli oleh-oleh baru balik lagi ke Stasiun Semarang Tawang. Pertama kalinya juga nih gue naik kereta eksekutif dan oke juga ternyata, karena dapat selimut! Touch down Stasiun Gambir jam 4 pagi aja dooonggg dan jam 08.30 sudah kembali on fire di kantor. ~~~~~\o/