Smoke from Sistine Chapel (pic from Guardian)

Sejak tahun 2005, tahun dimana untuk pertama kalinya gue mengetahui tentang pemilihan Paus, gue langsung jadi pengen benar-benar ada di Vatikan. Di tahun 2005 itu (gue masih SMP), Paus Yohanes Paulus II meninggal dunia dan untuk itu terjadilah kekosongan posisi Paus. Untuk menentukan siapa yang berhak jadi Paus baru, diadakanlah konklaf. Konklaf ini sendiri merupakan pertemuan kardinal-kardinal dari seluruh dunia di dalam sebuah ruangan di Kapel Sistina di Vatikan. Mereka terisolasi dari dunia luar, saling bermusyawarah dan melobi untuk menentukan siapa Paus baru. Kardinal-kardinal tersebut seluruhnya berhak untuk menjadi Paus, adapun mekanismenya ditentukan lewat voting. Kalau gak salah inget, yang terpilih jadi Paus adalah yang memperoleh 2/3 suara dalam konklaf. Paus terpilih kemudian akan mengumumkan nama barunya. Di tahun 2005 itu, yang terpilih adalah Kardinal Jerman bernama Joseph Ratzinger yang kemudian kita kenal sebagai Paus Benediktus XVI.

Nah, kan tadi gue cerita kalau para kardinal itu terisolasi di Kapel Sistina. Terus masyarakat taunya gimana udah ada Paus baru atau belum? Itu tergantung warna asap yang keluar di cerobong asap Kapel Sistina. Kalau warnanya hitam, berarti masih alot dan belum ada Paus yang terpilih. Kalau warnanya putih, artinya kita udah punya Paus baru.

Dulu harian Kompas memberitakan berita ini dengan keren banget dan komprehensif. Lumayan banyak halaman-halaman yang membahas mengenai Paus. Terus berita-berita di televisi juga begitu. Gue amazed banget sama wartawan-wartawan yang live report dari sana.

Delapan tahun berselang, Paus Benediktus XVI kemudian mengundurkan diri dari jabatannya karena alasan kesehatan. Jadi, di tahun 2013 ini diadakanlah konklaf kembali. 13 Maret 2013, terpilihlah Kardinal Jorge Mario Bergoglio asal Argentina sebagai Paus. Ia memilih nama Paus Fransiskus I. Sekilas info tambahan, Kardinal Bergoglio ini merupakan seorang imam Jesuit. I adore his name. Fransiskus yang dimaksudkan dalam nama Paus tersebut adalah Santo Fransiskus dari Assisi. Kebetulan gue sedikit tahu tentang kisahnya, karena waktu SD gue bersekolah di sekolah Katolik yang pelindungnya juga Santo Fransiskus dari Assisi ini.   

Dan setelah delapan tahun berlalu, gue belum berkesempatan untuk berada di Vatikan, melaporkan langsung mengenai konklaf tersebut ke masyarakat. Yes, I still envy those journalists. :)) Terlepas dari sisi peziarahannya Vatikan, ya. Konklaf di Vatikan ini merupakan salah satu berita di media, yang bikin gue bener-bener:  "Wah gue pengen banget ngeliput berita dari sana!"

Sampai sekarang keinginan jadi jurnalis itu masih tetep ada. Eksekusinya? Hemm.. Belum tau. Gue kurang punya pengalaman untuk berbicara dengan banyak orang, belum tau banyak tentang menulis berita yang bener gimana, dan nada serta intonasi yang digunakan dalam melaporkan berita. Masih harus belajar banyak banget. Entahlah, apakah nantinya ini akan jadi mimpi yang diwujudkan, atau mimpi yang akan tetap jadi mimpi aja. :)


Catatan Kaki:
Habemus Papam: (Latin) "Kita memiliki Paus."