Meski kurang menyukai pelajaran sejarah, gue ini bisa dibilang termasuk salah satu penggemar museum. Lho, kok bisa? Sederhana sih, museum itu kan menampilkan miniatur dari sebuah sejarah, sehingga lebih visual. Meskipun visual, kalau tidak didukung dengan informasi yang informatif, menurut gue itu sia-sia. Selain itu, biaya masuk museum itu terjangkau banget. Lumayan kan berwisata tanpa perlu merogoh kocek dalam?

Dari sejumlah museum yang pernah gue sambangi, jujur aja belum banyak museum yang visually informative. Banyak yang menyimpan artefak bersejarah namun tidak didukung oleh penjelasan yang mumpuni sehingga bagi masyarakat yang awam, sebuah prasasti kecil mungkin hanya terlihat sebagai bongkahan batu semata. Museum La Galigo yang ada di komplek Benteng Fort Rotterdam, Makassar ini adalah salah satu museum yang spesial buat gue. 


Museum La Galigo memuat berbagai peninggalan peradaban manusia zaman dahulu dan juga menceritakan bagaimana kota Makassar berkembang dari waktu ke waktu. Dan museum ini, memenuhi kriteria museum yang visually informative versi gue! Menyenangkan rasanya bisa melihat langsung peninggalan manusia purba dari zaman Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum. Empat zaman ini sering banget dibahas di buku Sejarah SMA, dan jujur aja waktu SMA gue sangat kesulitan mengingat benda-benda khas di masing-masing masa.  Coba gue tahu museum ini dari SMA dulu, kayaknya gue bisa deh dapat nilai 100 di pelajaran Sejarah!



Tradisi masyarakat Toraja pun tak luput dibahas di museum ini, terutama mengenai model rumah adatnya serta tata cara upacara kematian dan pemakamannya yang sangat unik. Selain itu, budaya agraris dan budaya pesisir masyarakat Bugis juga dibahas. Orang Bugis yang tinggal di daratan bercocok tanam padi di ladang atau sawah. Sementara orang Bugis yang tinggal di pesisir tentu saja bekerja sebagai nelayan, petambak, petani garam... dan tentu saja pembuat perahunya nenek moyang kita: kapal Phinisi.

Seperti yang udah gue jelaskan di atas, Museum La Galigo yang ada di komplek Benteng Fort Rotterdam ini berada di pusat kota Makassar dan gak jauh dari Pantai Losari lho. Makassar sendiri merupakan salah satu hub besar penerbangan sehingga banyak maskapai yang melayani rute Jakarta - Makassar, seperti: Lion Air, Sriwijaya Air, Citilink, Garuda Indonesia, dan Batik Air.

Photo credit: Yulita Alvernia

Nah! Museum Angkut merupakan museum yang nggak kalah deh dari aspek visually informative  yang gue bilang tadi. Ini masih kata sepupu dan temen yang ke sana sih, bikin gue makin pengen berkunjung ke museum ini. Museum Angkut ini terletak di kota wisata Batu, sekitar 30 menit berkendara dari kota Malang. Apa saja sih yang menarik dari Museum Angkut ini?

Photo Credit: Yulita Alvernia

Photo Credit: Yulita Alvernia

Bisa melihat perkembangan alat-alat angkut di dunia dari masa ke masa! Dua foto di atas adalah salah dua dari banyak banget mobil-mobil kuno. Alat angkut bukan berarti mobil saja lho, melainkan juga sepeda, becak, kapal, dan lain-lain. Papan penjelasan yang interaktif dan informatif juga banyak tersedia, sehingga pengunjung gak cuma foto-foto aja tapi bisa mengetahui sejarah di balik alat-alat angkut itu. Ada banyak zona yang dimiliki oleh Museum Angkut, di antaranya: Zona Edukasi, Zona Batavia, Zona Inggris, Zona Las Vegas, dan Zona Hollywood. Gue paling penasaran sama Zona Batavia dan Zona Inggris. Di Zona Inggris, katanya ada replika istana Buckingham Palace! Belum bisa ke Inggris pun tak masalah kalau bisa foto di sini dulu buat pemanasan. Hehehe.

Kapal Majapahit, Photo Credit: Yulita Alvernia

Zona Batavia, Photo Credit: Yulita Alvernia

Pasti seru banget kan ini Museum Angkut? Bandara terdekatnya adalah Bandara Abdurrahman Saleh di Malang. Sriwijaya Air, Garuda Indonesia, Citilink, dan Batik Air melayani rute Jakarta (baik Cengkareng maupun Halim) ke Malang.

Dan jujur aja nih, gue pengen dapat tiket pesawat gratis Garuda Indonesia dari Airpaz.com untuk mengangkut gue ke Malang! Denger-denger, kita bisa dapat diskon harga tiket Museum Angkut dengan menunjukkan boarding pass Garuda Indonesia. Cihuy!